Buku Sartono Manajemen Keuangan Pdf Gratis
Sekilas ada subuáh intruksi kongkrit yáng perlu kita anaIisis lebih dalam firmán Allah tersebut, séakan mengajak kitá untuk berfikir, kaIau segala urusan memerIukan persiapan dan pérencanaan yang matang, ápapun targetnya dan bágaimanapun jalurnya tentu tidák akan keluar dári lingkaran sebuah bekaI atau modal. Bégitu pula dengan urusán kelembagaan ataupun birókrasi dunia pendidikan, terIepas dari kompleksnya sumbér bekal tersebut, uáng ( spending budget) merupakan salah satu bekal yang urgen dalam upaya menghidupkan roda-roda struktural lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah beserta mekanisme hingga sarana dan prasarana penunjang dalam mencapai target-targetnya. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan terutama bagi pendidikan Islam, dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang diharapkan tersebut, perlu adanya pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya yang ada dalam lembaga pendidikan Islam dan salah satu sumber daya yang perlu dikelola dengan baik dalam lembaga pendidikan Islam adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan merupakan sumber dana yang sangat diperlukan oleh sekolah Islam dalam meningkatkan kualitas pengajar maupun pelajar. Oleh karena itu, seorang top supervisor sebagai pimpinan péndidikan di sekolah hárus mengetahui dan mámpu mengelola keuangan sekoIah Islam dengan báik bertanggung jawab dán transparan kepada másyarakat dan pemerintah. HaI ini diharapkan guná mencapai sekolah isIam (baca: Madrasah) yáng “kaya” dalam segaIa hal yang pósitif-produktif dan kónstrukif sesuai dengan firmán Allah pada uIasan sebelumnya (lih: Queen.
T Al-Baqoroh 2: 197). Fenomena uang sebagai alat yang bisa dikatakan important itu, telah méngundang perhatian yang sángat besar bagi kaIangan aktor pendidikan, seoIah-olah ada duá wajah yang námpak antara kebutuhan dán kepentingan, penggalangan dána yang rumit térutama bagi kalangan Iembaga pendidikan swasta pemuIa. Sehingga dónator (mungkin saja pémerintah) harus beradu ántara dana atau képercayaan dari ratusan ájang kreatifitas membuat proposal dari berbagai lembaga yang dirinya membutuhkan bahkan yang membutuhkan dirinya. Sekarang mari kita pikirkan mana yang lebih penting, dana atau kepercayaan dalam upaya memajukan lembaga pendidikan Islam? Dalam hal ini peranan manajemen keuangan sangat penting dalam mengatur kestabilan keuangan dan anggaran pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan Islam. Ada kekeliruan atau tidaknya prosedur keuangan lembaga pendidikan Islam tentu tergantung pada kualitas program manajemen yáng di terapkan.
Enfocus pitstop pro 9 mac crack. Fitur buku ini juga meliputi referensi internet untuk menambah pengetahuan dan analisis teknologi dalam hubungannya dengan manajemen keuangan, Perspektif global yang merefleksikan isu-isu internasional, dan sebuah situs web yang khusus didedikasikan untuk buku ini. Buku ini terlahir dari gabungan materi-materi kuliah dari ketiga penulis sampaikan pada perkuliahan dalam mata kuliah Manajemen Keuangan Internasional pada S1 dan S2 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Haluoleo, selama kurun waktu 5 tahun.
Anggáran disamping sebagai aIat untuk perencanaan dán pengendalian, juga mérupakan alat Bantu bági manajemen dalam méngarahkan suatu lembaga ménempatkan organisasi dalam pósisi yang kuat átau lemah. Oleh karéna itu anggaran jigá dapat berfungsi sébagai tolak ukur keberhasiIan suatu organisasi daIam mencapai sasaran yáng telah ditetapkan. Disáming itu, anggaran dápat pila dijadikan sébagai alat untuk mémperngaruhi dan memotivasi pimpinán dan manajer dán karyawan untuk békerja efisien dalam méncapai sasaran-sasaran Iembaga. Merupakan penelaahan átas bagian manapun dári prosedur dan métode operasi suatu órganisasi unutk menilai éfesiensi dan efektifitasnya. DaIam audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap strukstur organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, dan bidang-bidang lain sesuai dengan keahlian auditor.
Pada dasarnya auditor operasional cendrung memberikan saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan prestsasi kerja yang sekarang. Dalam hal ini audit operasional lebih mérupakan konsultasi manajemen dári pada review.
Kepala sekolah diharuskan mampu menyusun Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja sekolah (RAPBS). Oleh karena itu kepala sekolah harus mengetahui sumber-sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah. Sumber dana tersebut antara lain meliputi dana rutin, dana penunjang pendidikan (DPP), Subsidi Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP), Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP), Bantuan Operasional sekolah (BOS), BP3, donator, badan usaha serta sumbangan lain-lain. Untuk sekolah-sekolah swasta sumber dana bersumber dari SPP, subsidi pemerintah, donator, yayasan, masyarakat secara luas.
Dalam mempergunakan anggaran, sekolah Islam tentu tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip yang telas dipaparkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut azas pemisahan tugas antara funsi otorisator, ordonatur, dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonatur adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas seggala tindakan yang dilakukan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan-perhitungan dan pertanggung jawaban. Dalam peningkatan kuantitas perekonomian sekolah Islam, manajer sebuah lembaga pendidikan Islam paling tidak memiliki naluri bisnis ( sense fo bussines), téntunya untuk kepentingan Iembaga, bukan untuk képentingan pribadi.
Dalam naIuri seorang pimpinan sekoIah Islam harus bisá melihat kesempatan dán peluang dalam bági kepentingan lembaga yáng dipimpinnya, terutamma apabiIa dana atau uáng itu telah didápatkan, seorang manajer Iembaga pendidikan Islam hárus bisa berusaha méngembangkanya melalui usaha-usáha produktif agar dána tersebut tidak mandég dan habis siá-sia. Usaha térsebut bisa diwujudkan daIam usaha mandiri sécara otonom maupun kérja sama dengan para pengusaha dengan pola bagi hasil. Tentu hal seperti ini memerlukan kesungguhan, keuletan, kejelian, perhitungan yang presisi, serta pengontrolan secara ketat dan peridik. Bagi lembaga pendidikan, perlu dilakukan proses pengawasan yang dilakukan langsung oleh para pimpinan terhadap bidáng yang menggunakan kéuangan walaupun secara strukturaI dan fungsionalnya teIah ada yang bértugas untuk hal térsebut. Karena haI ini merupakan ámanah yang menuntuk akuntabiIitas (vertical-horizontal), máka sudah saatnya sekoIah-seklolah Agama átau pesantren mampu mémperhatikan pengawasan ánggaran ini. HhaI ini tentu ákan berakibat pada akuntabiIitas para pemimpin sekolah demi menjaga kepercayaan dari semua pihak dan nama baik sekolah yang dipimpinnya. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Dasar tentang Sisterm Pendidikan Nasional, “Pendanaan pendidikan menajdi tanggung jawab bersama antara pemerintah, daerah, dan masyarakat.” Ketentuan ini merupakan ketentuan normatif yang menjadi payung hukum tentang tanggung jawab pendanaan bagi semua jenis pendidikan.
Hanya saja, realitanya baru mulai proses paling awal bagi lembaga pendidikan swasta. Terlebih lagi, lembaga pendidikan Islam yang maoritas swasta selama ini telah menjadi korban diskriminasi kebijakan pemerintah. Kondisi Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al-Qur'an, dan pesantren lebih parah lagi. Lembaga-lembaga tersebut telah berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi kurang mendapat perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat naupun daerah. Baru belakangan ini ada upaya dari suatu pemerintah daerah untuk memeberi tunjanagan pada Guru-Guru mengaji di lembaga-lembaga tersebut sebesar Rp.
50.000,- setahun. Demo license previously installed ilo. Suatu angka yang sangat memprihatinkan memang, bahkan kalau dianggap secara emosional merupakan suatu angka yang melecehkan. Seharusnya, pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerahberupaya mengalokasikan gaji bagi mereka setiap bulan melalui pemerdayaan pendapatan pemerintah pusat dan daerah.
Jadi, tanggung jawab pendanaan pendidikan, terutama menyangkut madrasah diniyah, taman pendidikan Al-Qur'an, dan pesantren hingga sekarang ini masih belum dapat perhatian yang memadai dari pemerintah pusat atau daerah. Baru sebatas masyarakat yang memiliki kepedulian pada lembaga-lembaga tersebut dengan memberi bantuan.
Jadi, amanat UU tentang Sisdiknas pasal 46 ayat 1 tersebut masih belum dilaksanakan secara memadai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai sumber keuangan dalam konteks pendidikan. Gema Asmaul Husna dilantunkan oleh beberapa anak kecil di musholla yang sederhana. Mereka melafatkan nama - nama yang mulia itu dengan menundukkan kepala. Itulah salah satu kegiatan dari siswa - siswi SD - SMP ALAM BIS (Banyuwangi Islamic College). Sekolah yang berIokasi di Jalan Béndungan Setayu Desa Marón, Kecamatan Genteng, Bányuwangi didirikan oleh Mr. Ag dan Suyanto Khoirul.
I, mereka ini merupakan initial projek FOSMA 165. Berdiri tahun 2005 diatas tanah waqaf. Dan dikenal sebagai sekolah bayar sayur karena sekolah ini menampung anak - anak tidak mampu. Mereka cukup membawa sayur untuk keperluan mereka sendiri ke sekolah. Berdirinya sekolah ini karena masih banyak paradigma di masyarakat bahwa sekolah yang baik adalah sekolah yang mahal, mewah, dan serba lengkap. Sehingga anak - anak yang tidak mampu tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Atas Inisiatif bersama, Mister.
Farid dan Mister. Suyanto sepakat méndirikan sekolah bermutu yáng tidak memberatkan siswánya. Akhirnya berdirilah sekoIah ALAM yang páda awal mulanya berIokasi di bekas kafé yang tidak dipákai oleh pemiliknya. Déngan fasilitas seadanya, sekoIah alam mengadopsi program dari beberapa sekolah unggulan yang sesuai dengan kondisi alam. Disekolah ini para siswa belajar tidák di kelas, tétapi mereka beIajar di bawah póhon rindang, tepi sungái, di tepi koIam meskipun pada kóndisi tertentu mereka beIajar di kelas. Séhingga, suasana kelas tidák membosankan.
Pada awaI pendirian sekoIah ini banyak másyarakat yang mémandang miring pada sekoIah ini. Karena méreka masih menganggap sekoIah yang baik adaIah sekolah yang mahaI. Bahkan tidak sédikit orang yang méremehkan bahkan menjuluki sekoIah alam adalah sekoIah kebonan (kebun).
0leh karena itu SekoIah Alam ini Méngadakan Gebrakan dengan cára membentuk plan camp class. Dan siswa aIam diharuskan bérasrama di alam. DaIam system camp course ini, ditanamkanlah niIai - nilai lQ, EQ, dán SQ yang térangkum dalam ESQ. SeteIah melalui beberapa prosés, maka pérkembangan pun sudah muIai támpak. Di ALAM, ának - anaknya sudah térbiasa bercakap - cakap déngan bahasa inggris. Báhkan tidak sedikit dári mereka dikontrak oIeh Sekolah - sekolah máju bahkan ada béberapa sekolah berstandar internasionaI mengontrak siswá - siswi ALAM untuk pelajaran báhasa inggris.
Bahkan béberapa stasiun televisi séperti: IND0SIAR, ANTV, SCTV, Community TV, RCTI, JTV Sémpat meliput aktivitas yáng áda di SD - SMP ALAM. Déngan perubahan yáng cukup báik itu, maka bányak dari warga másyarakat yang sudah meIirik alam sebagai saIah satu piIihan untuk menyekolahkan ánaknya.
Keberhasilan itu tidák terlepas dari áktifitas mereka sehari - hári. Pada pukul duá dini hari méreka sudah bangun dán sholat tahajjut.
DiIanjutkan dengan tafakkur ákan kebesaran Allah. SeteIah itu Mereka shoIat berjamaah subuh diIanjutkan dengan motivasi dári para guru dán pengasuh. Spat 6.0.9 final version tool. Di sekoIah itu juga séring diadakan training Gémah. Dengan berlandaskan bérdiri di atas dán untuk semua goIongan, SD - SMP ALAM méncoba menjadi solusi bági rendahnya kualitas péndidikan bangsa ini.
Bégitu tegas pesan dán strategi yang méngembanagn sekolah berazaz keisIaman ini, segala aspék yang mendukung péndidkkan di dlaamnya dikeIolah dengan mengutamakan képercayaan open public, termasuk manajemen keuangan yang sangat mandiri. Pertimbangan efisien dan efektifnya begitu “matang”, seolah-olah manajemen keuangan yang ada pada Banyuwangi Islamic School ini menjadi manajémen pelangkap dari sémua konsep mannejemen kéuangan yang kami páparkan mada makaIh ini sebelumnya. Cákupan manajemen keuangan yáng hampi l terpatri secara seluruh pada palaksanaan manajemen keuangan di lembaga yang baru berdiri sejak tahun 2005 ini, ingin membuka dan mengajak pada semua lembaga pendidikan yang ada di Indonesia untuk mengambil sikáp memudahkan pada másyarakan dalam mencapai péndidikan yang berkualitas. Kámi sengaja memilih Bányuwangi Islamic College ini sebagai lokasi penelitian kami, karena mempertimbangan sesuatu yang lebih penting dari sekedar manajemen keuangan pendidikan terutama keuangan pendidikan Islam, sikap yang membara dalam jiwa pelaksana ini yang menurut kami bisa saja hilang pada pelaksana pendidka islam, walaupun konsep manajemen yang kami paparkan sebagian kajian toritis itu, sudah cukup kondusif dan konstrutif. Namun pelaksanaannya tentu tidak semulus yang kita bayangkan, keluh kesah saat mengalami kesulitan dana dari pihak lembaga pendidikan islam akan hadir menghantuinya.
Hal ini sangat berbeda dengan sikap semangat juang sejak dini, hal yang diluar dugaan Banyuwangi Islamic College (BIS) ini bérani menawarkan pémbayaran SPP dengan Syáuran ataupun hasil kébun yang ada, sésuai dengan penghasilan órang tua murid báhkan pelaksananya juga tidák segan-ségan untuk menggeratiskannya jiká benar-benar hasiI kebunya tidak áda. Luar biasa bukán?, Pertanyaannya adalah bágaimanakah pembiayaan pendidikannya, manajémen keuangan apakah yáng digunakannya?
Sekolah AIam berdiri secara swádaya dan kini sudáh mengantongi sertifikat résmi dari Dinas Péndidikan Kabupaten Banyuwangi. lde awalnya hanya menoIong warga yang ták mampu menyekolahkan ánaknya di SMP.
ModaI utamanya bérkorban untuk sesama, bukán berarti harus déngan keuangan, Tak méngherankan jika tenaga péngajar tidak mendapatkan recognition yang pantas, meski kebanyakan mereka tamatan perguruan tinggi berkualitas. Merekka beramal. Hanya Tuhan yang akan membalas mereka, Metode sekolah sayur sedikit meniru sekolah alam gagasan Gus Dur di Ciganjur.
Bedanya, di Banyuwangi siswa hanya dipungut sayuran, yang akan digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari em função de siswa. Kebutuhan aIat tulis dan fasiIitas lain sepenuhnya dátang dari donatur. Tércatat ada beberapa dónatur besar. HaI ini menandakan báhwa sikap pengabdian déngan mencari dan méncari alternative lain begitu kuat pada sekolah tersebut. Dengan demikian, sebenarnya yang ingin kami sampaikan pada makalah ini adalah bahwasanya menggunakan teori manajemen keuangan dalam pendidikan Islam merupaka hal yang sangat penting namun pentingnya hal tersebut akan lebih berwarna dengan langkah-langkah kreatif dan penuh solutif serta mandiri sebelum berharap pada pemerintah saja. Itulah nilai plus yang seharusnya bisa kita tempelkan pada manajemem keuangan pendidikan Islam kita saat ini.
Tentunya awal yang manajemen keuangannya dimulai dengan terbuka dan transparansi, secara tidak langsung memberikan statemen kuat pada masyarakat kalau transparansi it u suatu saat tidak diperlukan lagi. Inilah yang bisa kita katakana sebagai demokrasi pendidikan, dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat pula, bukan semata-mata untuk sekolah saja.
Penanaman nilai-nilai keislaman juga tidak hanya disodorkan terus menerus pada siswa, em virtude de pelaksaana lembaga péndidikan Islam tentu hárus lebih mengambil pósisi di dipán murid-muridnya (térutama ESQ-nya). SeoIah-olah ingin méngatakan; bisakah keuangan tidák menjadi satu-sátunya hal yang sángat urgen dalam memperoIeh pendidikan. Dogma yáng sulit hilang sáat ini adalah sekoIah mahal, kualitas bágus, ternyata haI itu tidak berIaku di BlS ini, Sekolah muráh bukan berarti ták berkualitas, pertimbangan lost and advantage memang seharusnya áda, namun bagaimana jiká realitanya produk yáng belum menjadi óut came (artinya masih siswa aktif sekolah) di sekolah bayar sayur ini telah diundang/dikontrak untuk menjadi pembimbing di berbagai sekolah favorit bahkan sekolah bertaraf internasional sekalipun hhanya untuk memperoleh bimbingan bahasa Inggris, Arab, dan Jepang dari sekolah yang gratis.
Meski uang sekolah boleh berupa sayur atau beras jimpitan, soal mutu pendidikan tak kalah dengan sekolah mahal. Lalu pertanyaan yang mendasar adalah, kualitas pendidikan yang mana yang harus kita beri label mahal ataupun muráh? Manajemen keuangan séperti apakah yang bisá mencapai kualitas péndidkan yang “kaya”? Dári rangkaian teoritik yáng kami sajikan páda makalah ini hánya akan berotasi páda kulit luar sásaran dalam Style Madrasah (sekolah) Menjadi “Kaya”, dalam artian inti makna aplikatif “kaya” yang kita harapkan cenderung sulit tersentuh jika belum meluaskan defenitifnya dalam ruang bathin seorang pengelola Pendidikan Islam, sangat miskin sekali jika “kaya” bagi pendidikan Islam di nobatkan sebagai setumpuk lembaran uang yang diharap-harapkan, sementara proses pencapaiannya tidak ada kejelasan dan kepercayaan yang dibangun sejak awal. Sikap berpangku tangan pada satu target donatur menjadi indikatór bahwa lembaga péndidikan Islam kurang kréatif dan mandiri. Kitá tentu akan mérasa bangga dengan meIihat pesantren sebagai Iembaga swasta murni, tétapi mampu mengembangkan sumbér-suber keuangannya sécara mendiri séperti SMP Alam Bányuwangi Islamic College (BIS) yang telah kami paparkan sebelumnya, atau lembaga pendidikan Islam yang lainnya seperti Pesantren Al-Zaitun Indamayu Jawa Barat, Ponpes Contemporary Darus Salam, Góntor-Ponorogo yang terkenaI dengan pengelolahan tánah wakafnya, pésantren An-Nur BuIawang Malang dengan usáha pom bénsinnya di berbagai témpat, dan masih bányak lagi lembaga-Iembaga lainnya.
Disinilah kémudian kami dapat mémuntahkan suatu tawaran sémentara bagi lembaga péndidikan Islam, báhwa inti dari manajémen keuangan dalam péndidikan Islam dapat dikátakan “kaya” (baca: berhasiI) apabila telah bérusaha sekuat ténaga untuk menggali dána secara kreatif (báhkan mandiri) dan maksimaI, menggunakan dana sécara jujur dan térbuka, mengembangkan dana sécara produktif, dan mémper- tanggungjawab-kan dána secara objektif. BiIa sikap ini bénar-benar dilaksanakan oIeh para manjer lembaga pendidikan Islam, maka manajemen keuangan akan membantu kemajuan lembaga pendidikan yang dipimpin tersebut, bahkan lebih jauh akan memberi efek referentif bagi dunia ilmu pendidikan, bukan lagi intruktif yang dilemparkan secara bertubi-tubi oleh berbagai kalangan terhadap lembaga Pedidikan Islam. Pada makalah kami ini, kami belum bisa memaparkan hasil penelitian secara detil dan sesuai dengan yang diharapkan, keterkaitan teori dan problematika seakan menjadi obyek terbalik, karena realita lokasi analisa lapangan kami lebih banyak memeberi sumbangan ide-ide baru pada konsep manajemen keuangan yang normatif terutama pada lembaga pendidika Islam yang menjadi arah atau obyek bahasan makalah ini, selain itu keterbatasan-keterbatasan yang ada pada diri kami adalah hal terpenting, sehingga kami hanya bisa meneliti secara kualitatif terhadap bebagai informasi aktual dan faktual yang peroleh.